Waktu adalah salah satu dari sekian banyak nikmat Allah bagi manusia. Waktu yang telah lalu tidak akan ditemukan lagi hari ini dan waktu hari ini juga tidak akan berulang esok hari.
Ini adalah penekanan Allah bagi hamba-Nya untuk memperhatikan masalah
pentingnya waktu.
Waktu adalah pedang. Artinya, jika seseorang tidak mengambil manfaat
dari waktu yang dimiliki-nya, maka waktu itulah akan menjadi bumerang baginya.
Lihatlah bagaimana penyesalan orang-orang yang telah menyia-nyiakan waktu
hidupnya di dunia : Dia mengatakan: "Alangkah baiknya
kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini". (QS. 89:24)
Waktu adalah kehidupan". Itulah kata-kata dari seorang ulama Hasan Al-Banna yang bermakna sangat dalam. Manusia yang tidak memperhatikan waktu sama saja dengan orang yang tidak memper-hatikan kehidupan, dan yang membuangnya, berarti juga mencampakkan kehidupan.
Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda, bahwa ada dua nikmat yang sering terlupakan, yaitu nikmat sehat dan waktu luang. Apakah kita termasuk orang yang melupakan nikmat tersebut ?
Bagi seorang muslim, sebenarnya tidak dikenal konsep membuang waktu luang. Bagaimana ia bisa membuang waktu luangnya sedang-kan masih setumpuk tugas umat Islam yang belum dikerjakan ? Dari mulai ilmu yang harus dipelajari untuk mengejar ketertinggalan umat Islam ... sampai pada cucian piring yang masih menunggu uluran tangan. Masihkah waktu luang akan dibuang ? Apalagi jika kita bertanya pada seorang ibu rumah tangga. Berapa waktu luangnya dalam sehari ?
Jika saja waktu itu dapat dibeli dengan uang, niscaya kita akan berebut untuk membelinya agar dengannya kita dapat lebih banyak beramal ibadah. Namun sudah menjadi sunatullah, bahwa waktu yang telah berlalu tidak akan kembali walau sedetik pun, sampai hari kiamat nanti.
Ketidakmampuan dalam me-nentukan prioritas kerja dan alokasi waktu, dapat kita lihat dari adanya fenomena kerancuan waktu.
Diantara fenomena yang dapat dilihat atau dirasakan (jika pernah mengalaminya) yaitu ketika seseorang lebih sibuk dengan kerja sampingan dari pada kerja pokok. Waktu yang seharusnya efisien digunakan, hanya diberikan untuk urusan yang tidak urgen. Dan yang lebih menyedihkan lagi ketika waktu banyak terbuang tanpa kerja, tanpa ibadah, tanpa hasil yang bermanfaat.
Ketika seseorang telah selesai dengan masalah-masalah yang tidak penting tersebut dan waktu tinggal sedikit, mungkin barulah dia sadar bahwa masih ada kerja pokok yang harus diselesaikan. Apa akibatnya ? Penumpukan kerja. Sehingga tidak jarang mereka berkata, Wah ... saya tidak ada waktu, lagi sibuk sekali !" dan sebagainya. Siapa yang salah ?
Al-Quran & Hadits
Ummi no 2 / 6 / 1994