Zuhudnya Rasulullah

Pernahkah engkau renungkan tentang hidup Rasulullah junjungan.
Rela hidup dalam kesederhanaan, pertahankan kehormatan.
Lewati malam-malam yang kelam dalam keadaan lapar.
Bersama segenap keluarganya tak dapatkan satupun makanan.

Bahkan tak pernah menikmatinya dari atas meja makan.
Tidur beralaskan tikar kasar terbuat dari kulit dan rerumputan.
Hingga membekas pada punggungnya, Tak pernah kenyang di dalam hidupnya.
Bahkan pernah tiga purnama tiada api menyala di rumahnya.

Rasulullah junjungan kita,
Rasulullah tauladankita.
Rasulullah uswah manusia,
Paling bahagia hidupnya.

Rasulullah junjungan kita,
Rasulullah tauladan kita.
Qudwah semua manusia di dunia,
shalawat dan salam padanya.

Di suatu saat paska perang Hunain berkumpullah istri-istrinya.
Menuntut tambahan harta dunia yang tiada dimilikinya.
Hingga di kemudian hari mereka mendapatkan pelajaran dari Allah.
Dengan turunnya ayat-ayat yang tertulis dalam Al-Quran.

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar. (QS Al-Ahzab : 28-29)

Sekonyong-konyong mereka tersadar, segera berpaling dari kelengahan.
Terburu-buru untuk mengatakan, Allah dan Rasul, kampung akhirat pilihan.
Damailah kembali seluruh kota, musnah fitnah, gemuruh murka.
Setelah satu bulan lamanya Rasulullah bermuram durja.