Wanita Di Sisi Rasulullah saw

"Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman kepadaku saat semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan ... darinyalah aku mendapatkan keturunan."

Begitulah Rasulullah saw berkata tentang kepribadian Khadijjah, istrinya. Seorang istri sejati, muslimah yang dengan segenap kemampuan dirinya berkorban demi kejayaan Islam. *****

Siti Khadijah berasal dari keturunan yang terhormat, mempunyai harta kekayaan yang tidak sedikit serta terkenal sebagai wanita yang tegas dan cerdas. Bukan sekali dua kali pemuka kaum Quraisy mencoba untuk mempersunting dirinya. Tetapi toh pilihannya justru jatuh pada seorang pemuda yang bernama Muhammad, pemuda yang begitu mengenal harga dirinya, yang tidak tergiur oleh kekayaan dan kecantikan.

Bukan harta, ketampanan, ketenaran serta rentangan usia yang ia inginkan, ketika ia memutuskan untuk membangun kembali sebuah rumah tangga dengan pemuda Muhammad. Tapi kepribadian Muhammad yang agung, kejujurannya serta budi pekertinya yang agung, yang telah memikat hatinya.

Ketika suami tercinta diangkat Allah menjadi seorang Rasul penutup, bukanlah sedikit peranan yang dimainkan Khadijah. Darinya Muhammad Rasulullah mendapatkan ketenangan, ketenangan yang selalu didambakan oleh seorang suami dari istrinya.

Ketika Rasulullah datang padanya dengan berkeringat dan wajah yang pucat pasi serta hatinya yang dilanda gundah-gulana setelah kunjungan Malaikat Jibril di gua Hira, di suatu malam Lailatul Qadr di bulan Ramadhan, dengan lembut dan kasih sayang Khadijah memeluk dan menyelimutinya seraya berkata, "Bergembiralah ! Demi Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu. Engkau adalah seorang yang selalu baik terhadap kerabat, selalu berbicara benar, membantu orang yang lemah, menolong orang sengsara, menghormati tamu dan membela orang yang berdiri diatas kebenaran."

Beliau adalah contoh terbaik bagi setiap wanita yang pantas melengkapi kesempurnaan seorang manusia besar, seorang pembawa risalah Islam yang agung, yang tengah mengendap-endapdi dalam pekatnya kepulan debu budaya jahiliyyah. Tanpa sedikitpun keraguan, ia langsung mengimani apa yang Allah turunkan pada Rasulullah di malam itu.

Rumah tangga yang tengah dibangunnya adalah rumah tangga penuh dengan kebahagiaan, atau tepatnya rumah tangga yang paling bahagia, rumah tangga yang selalu diliputi dengan ketakwaan kepada Allah, kesucian yang jauh dari kekotoran nilai-nilai kebodohan dan pemujaan berhala. Salah satu persembahan rasa cinta bagi suaminya, adalah dengan kelahiran keempat putri dan dua orang putra. Putri-putrinya bernama Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, dan Fathimah. Sedangkan dua orang putranya bernama Al-Qasim dan Abdullah. Namun atas kehendak Allah pula kedua putranya tersebut hanya beberapa saat berada di pangkuan, kemudian kembali menghadap kehadirat Allah.

Sejenak, hal ini membuat hatinya menjadi resah dan sedih, mengingat akan pentingnya kedudukan seorang anak laki-laki dalam masyarakat Arab masa itu. Namun dengan kesabaran dan tawakal, dia terima semua kehendak Allah tersebut. Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun, segalanya adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah ...

Khadijah adalah seorang istri yang selalu siap disamping suaminya, siap membela dan membantu setiap langkah perjuangan Rasulullah. Pemboikotan terhadap bani Hasyim dan pengusiran keluarga mereka adalah sebagian kecil dari kesengsaraan, derita dan penganiayaan yang dialaminya. Namun tekanan dan penderitaan selama masa pemboikotan tersebut (3 tahun penuh) tidaklah membuatnya menjadi lemah semangat, bahkan ia semakin tegar, tetap tegak mendampingi sang suami.

Siti Khadijah sungguh merupakan nikmat karunia Allah yang dilimpahkan kepada Rasulullah. Seorang istri yang amat setia. Ia selalu berada di sisi Rasulullah, ketika beliau mnghadapi pahit getirnya perjuangan menegakkan Islam.

Betapa banyaknya istri dari nabi terdahulu yang menghianati Risalah yang dibawa suaminya, seperti contohnya istri nabi Nuh dan istri nabi Luth. Namun tidak demikian halnya dengan Siti Khadijah. Air mukanya selalu tampak cerah memantulkan pengaruh wahyu Illahi.

Seperempat abad Khadijah mendampingi Rasulullah. Dalam usianya yang menginjak 65 tahun, Allah berkenan memanggilnya kembali. Tahun tersebut menjadi tahun kesedihan bagi Rasulullah. Betapa tidak, seorang yang selama ini setia mendampingi perjuangannya, menenangkan hatinya, mengorbankan segala yang ada pada dirinya, tidak lagi ada di sisinya.

Sitti Khadijjah, ridha Allah dan Rasulullah baginya, semoga rahmat Allah selalu tercurah atas dirinya.

Sumber : Fiqhus Sirah, karya Muhammad Al-Ghazaly Istri-Istri nabi, karya Aisyah abdurrahman