Sabar
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah - buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang - orang yang sabar, (yaitu) orang - orang yang apabila
ditimpa musibah mereka mengucapkan : “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun”
(QS Al-Baqarah: 155 - 156)
Sesungguhnya Allah menjadikan dunia bukan sebagai tempat pembalasan
( pahala atau siksa), bukan pula sebagai tempat memutuskan sesuatu perkara,
akan tetapi Allah menjadikan dunia sebagai tempat untuk membersihkan diri,
tempat ujian dan cobaan. Peralihan dari satu waktu ke waktu adalah merupakan
rangkaian cobaan hidup yang sambung menyambung. Lepas dari satu cobaan,
muncul lagi cobaan hidup yang lain. Adanya cobaan bagi ahli iman mengandung
tujuan dan hikmah yang banyak , di antaranya ialah:
1. Untuk membersihkan barisan mukminin dari mereka yang hanya
mengaku-mengaku beriman.
Dalam keadaan damai dan tentram, yang baik dan yang buruk berbaur. Dengan
adanya ujian akan tampak siapa yang ikhlas setia dan yang tidak, seperti
terujinya emas murni dan emas imitasi melalui pembakaran. Firman Allah
SWT dalam Al-Qur’an : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak akan diuji
lagi ? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang - orang yang sebelum mereka.
Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang - orang yang benar dan sesungguhnya
Dia mengetahui orang - orang yang dusta”(QS Al Ankabut:2 - 3).
2.Mendidik kaum beriman dan menjernihkan hati mereka. Mereka
akan menjadi matang melalui ujian, seperti matangnya makanan dengan api.
3.Meningkatkan kedudukan orang-orang beriman di sisi Allah
SWT.
Dengan ujian Allah meningkatkan derajat mereka, melipatgandakan pahala
mereka, dan menghapus dosa - dosanya. Tiap manusia tidak luput dari dosa
karena mereka bukan malaikat yang suci. Tidak ada orang yang maksum dari
dosa kecuali para Nabi. Karunia rahmat Allah SWT bagi manusia sehingga
mereka diuji untuk menghapus dosa - dosa mereka yang terbukti bersabar
dan berjuang karena Allah semata. Sabda Rasulullaah SAW: “Tidaklah seorang
muslim menderita karena kesedihan, kedudukan, kesusahan , kepayahan, penyakit
dan gangguan duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah mengampuni
dosa - dosanya.”
Untuk mengatasi segala ujian dan cobaan ini, tatkala mendekati usia
balig manusia diberi dua kekuatan oleh Allah SWT. Kekuatan pertama ialah
kekuatan hidayah untuk mengetahui kebenaran-kebenaran secara tepat dan
akurat, sedangkan kekuatan kedua adalah sabar. Kekuatan kedua merupakan
pelengkap bagi kekuatan pertama yang akan membantu dan menopangnya dalam
menghadapi perang melawan hawa nafsu dan godaan syaitan.
Dikatakan bahwa sabar adalah perilaku utama yang dengannya orang tercegah
dari berbuat hal - hal yang buruk dan tidak baik. Ia merupakan suatu kekuatan
jiwa yang dengannya segala perkara menjadi maslahat dan baik. Arti sabar
menurut bahasa ialah ‘mencegah’ dan ‘menahan’, sedangkan lawannya ialah
‘keluh kesah’ dan ‘gelisah’. Sabar merupakan pegangan seorang mukmin dalam
gerak langkahnya. Sabar yang terpuji dalam Al-Qur’an ialah karena Allah
dan bukan untuk memperoleh pujian atau tanda jasa dari manusia. “Dan untuk
Rabbmu hendaklah kamu bersabar” (QS Al Muddatsir: 7)
Sabar terbagi menjadi 3 bagian:
1. Sabar terhadap perintah, dengan jalan menaatinya.
Sabar dalam ketaatan berarti sabar terhadap tugas yang berat. Seorang yang
taat dan patuh membutuhkan sabar dalam tiga hal.
Pertama, sabar sebelum ketaatan, yaitu dengan mengikhlas-kan
niat, dalam melawan bayang - bayang riya dan penyimpangan lainnya. Membulatkan
tekad untuk jujur dan menepati janji ini berat bagi orang yang mengerti
hakekat niat, ikhlas dan keburukan riya.
Kedua, sabar pada saat bekerja, agar tidak melalaikan Allah
dan tidak malas untuk menepati pelaksanaan peraturan dan hukum Allah. Selalu
sabar melawan kelemahan, kekesalan dan kejenuhan. Ini juga merupakan sabar
yang berat.
Ketiga, setelah selesai pekerjaan dibutuhkan kesabaran dengan
tidak merasa bangga dan menepuk dada karena riya dan mencari popularitas,
sehingga mengakibatkan hilangnya keikhlasan.
2. Sabar terhadap larangan dan kemungkaran dengan jalan
menjauhinya
3. Sabar menghadapi taqdir, dengan cara tidak berkeluh
kesah.
Sabar juga terbagi dua, sabar yang diusahakan (ikhtiyari) dan
sabar yang dipaksakan (idhthirari). Sabar ikhtiyari lebih utama daripada
sabar idhtirari, karena sabar idhthirari bisa dimiliki oleh semua manusia
dan terdapat pada orang yang tidak ada padanya sabar ikhtiari. Sabarnya
Nabi Yusuf as dalam menghadapi goadaan istri al-‘Aziz lebih utama dari
kesabarannya atas kejahatan dan tipu muslihat saudara-saudaranya yang melem-parkannya
ke dalam sumur.
Orang tidak boleh merasa cukup dengan satu jenis kesa-baran saja, karena
ia hidup di antara perintah-perintah yang harus ia kerjakan dan larangan
- larangan yang mesti ia tinggalkan, sebagaimana ia juga senantiasa berada
di antara ketentuan- ketentuan taqdir yang harus ia terima, dan nikmat
yang wajib ia syukuri. Ia tidak pernah lepas dari keadaan - keadaan seperti
itu. Maka kesabaran tersebut harus senantiasa ia miliki sampai mati. Kesabaran
merupakan suatu hal yang sulit dan harus diusahakan dengan susah payah
oleh manusia.Al-Qur’an mengisya-ratkan beberapa faktor yang menunjang terlaksananya
dan meringankan manusia, antara lain:
1.Memahami arti kehidupan yang sebenarnya.
Kehidupan dunia bukanlah surga kebahagiaan atau tempat tinggal abadi, tetapi
medan pelaksanaan tugas dan menempuh ujian dan cobaan. Al Qur’an menjelaskan
bahwa kehidupan dunia penuh kesulitan dan kepayahan.
Firman Allah: “Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam susah payah.”
(QS Al Balad: 4)
Allah SWT menciptakan kehidupan dunia ini bercampur antara kesenangan
dan kesusahan, antara kenikmatan dan penderitaan, antara hal - hal yang
disenangi dan yang dibenci. Tidak akan ada suka tanpa duka, atau kesehatan
tubuh tanpa penyakit, atau istirahat penuh tanpa lelah, atau pertemuan
tanpa perpisahan, atau keamanan tanpa ketakutan.
2.Menyadari bahwa sesungguhnya manusia adalah milik Allah.
Allah SWT telah menciptakan manusia dari tiada. Jika ditarik kembali sebagian
yang dimiliki manusia maka sudah seharusnya dia tidak marah kepada pemberinya
dan pemiliknya. Firman Allah: “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu,
maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa kemudharatan, maka
hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan:” (QS An Nahl : 53)
3.Yakin akan adanya pahala yang baik di sisi Allah
Tidak ada dalam Al Qur’an janji pahala dan ganjaran yang lebih besar daripada
pahala sabar. Firman Allah SWT: “Dan orang - orang yang beriman dan
mengerjakan amal - amal yang sholeh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka
pada tempat yang tinggi dalam syurga, yang mengalir sungai - sungai di
bawahnya, itulah sebaik - baik pembalasan bagi orang - orang yang beramal,
(yaitu) yang sabar dan bertawakkal kepada Rabbnya.”(QS Al Ankabut: 58 -
59)
4.Beriman kepada taqdir dan sunatullah
Apa yang menimpa diri seseorang bukanlah suatu kesalahan atau kekeliruan
atau terjadi secara kebetulan. Semua yang sudah ditentukan taqdir-Nya tidak
mungkin salah atau meleset. Taqdir Allah merupakan suatu kepastian baik
manusia itu rela menerimanya ataupun marah -marah, baik dengan sabar ataupun
dengan gelisah. Orang yang berakal harus sabar dan rela agar tidak kehilangan
pahala. Kalau tidak sabar dengan rela maka sabar terpaksa yang dilakukannya
tidak ada nilainya baik dari segi dien ataupun dari segi moral.
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. (Kami
jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa
yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa
yang diberikan - Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang
sombong lagi membanggakan diri”.” (Al Hadiid: 22 - 23)
5.Yakin akan terbebas dari musibah
Keyakinan akan datangnya kemenangan dari Allah bagi orang - orang beriman
sebagai ganti ujian dan cobaan yang dialaminya akan menghilangkan kegelisahan
batin, menghapus rasa putus asa, memerangi jiwa dengan sinar harapan dan
percaya akan hari esok yang lebih cerah. Optimisme atau harapan adalah
penggerak yang kuat, sedangkan rasa putus asa merupakan penyakit berbahaya
bahkan dapat mematikan. Tak lupa pula memohon pertolongan kepada Allah
SWT, berlindung kepada-Nya, berkeyakinan bahwa dia dalam perlindungan,
pembelaan dan pemeliharaan Allah SWT, maka dia tidak akan teraniaya. Firman
Allah SWT:“Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang - orang yang
sabar.” (Al Anfaal:46)
6.Meneladani orang - orang yang sabar dan memiliki
kebulatan tekad
Merenungi dengan seksama perjalanan hidup orang - orang yang sabar, khususnya
para nabi dan rasul pembawa risalah Allah dan orang - orang pilihan kesayangan
Allah, dapat menopang kesabaran. Ayat - ayat yang turun di Mekkah
banyak meriwayatkan perjuangan para nabi. Bahkan diulang - ulang dalam
beberapa surat sebagai pelipur dan penghibur bagi Muhammad SAW dan kaum
beriman. Juga sebagai penguat batin dalam menghadapi musuh -musuh da’wah
yang kuat perlawanannya dan banyak jumlahnya. “Dan semua kisah dari rasul
- rasul Kami ceritakan kepadamu ialah kisah -kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta
pengajaran dan peringatan bagi orang - orang yang beriman.” (Huud: 120).“Mengapa
kami tidak akan bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan
kepada kami dan kami sungguh - sungguh akan bersabar terhadap gangguan
- gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang
- orang yang bertawakal itu berserah diri” (Ibrahim: 12)
Ringkasan dari “Shabar : salah satu prinsip gerakan dakwah” oleh
Yusuf Qordhowi