Hukuman Yang Efektif
Dalam mendidik, seringkali kita menjumpai perilaku anak yang
seharusnya tidak dilakukan atau perkataan yang tidak pantas diucapkan.
Bila cara halus seperti menegur, menasehati, tidak berhasil mengubah perilaku
anak yang salah, maka orangtua biasanya mengambil tindakan hukuman. Hukuman
yang diberikan bervariasi mulai dari melarang anak sambil membelalakkan
mata, mengurangi uang jajan sampai dengan mencubit atau memukul anak. Melalui
hukuman, orangtua berharap anak akan jera mengerjakan perilaku yang buruk.
Dan kemudian berperilaku sebagaimana yang diharapkan orangtua atau yang
seharusnya anak lakukan demi kepentingan anak itu sendiri.
Para tahap awal menghukum, orang tua acapkali merasakan
efek positif dari caranya itu. Anak tidak lagi mengerjakan hal yang buruk.
Tetapi di hari-hari selanjutnya anak kembali nakal. Sekalipun orangtua
telah memberikan hukuman yang lebih berat dari yang pertama kali diberikan,
anak nampaknya tidak peduli dan terus mengerjakan perbuatan yang salah.
Bila demikian, orangtuan menjadi „kewalahan", atau bahkan merasa agak frustrasi.
Pengertian Hukuman
Hukuman adalah sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan
atau pelanggaran yang dilakukan anak. Hukuman mengajarkan kepada anak tentang
apa yang tidak boleh dilakukan, bukan apa yang harus dilakukan di masa
berikutnya.
Fungsi Hukuman
Ada tiga fungsi penting dari hukuman yang berperan besar
bagi pembentukan tingkah laku yang diharapkan:
-
Membatasi perilaku. Hukuman menghalangi terjadinya pengulangan
tingkah laku yang tidak diharapkan. Bila seorang anak pernah dihukum untuk
satu kesalahan, maka ia akan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang
sama.
-
Bersifat mendidik. Sebelum anak mampu memahami adanya aturan,
ia bisa belajar tentang salah dan benar melalui hukuman yang diberikan
ketika melakukan kesalahan.
-
Memperkuat motivasi anak untuk menhindarkan diri dari tingkah
laku yang tidak diharapkan
Prinsip-Prinsip Menghukum
Agar hukuman yang diberikan efektif, ada beberapa prinsip
yang perlu kita pegang, diantaranya adalah :
-
Berhemat dalam memberikan hukuman. Jika kita menggunakan
hukuman terlalu sering, maka anak akan terbiasa dengan hukuman tersebut.
Akibatnya hukuman tidak efektif lagi.
-
Pemberian hukuman juga disertai dengan pemberian hadiah.
Bila kita telah menetapkan untuk memberikan hukuman kepada anak, maka kita
juga harus menyiapkan hadiah untuk tingkah laku yang diharapkan. Memberikan
hukuman saja tidak secara otomatis mengajarkan anak untuk berperilaku yang
baik. Misalnya kita menghukum anak disebabkan anak menyeberangi jalan secara
gegabah. Untuk memotivasi anak melakukan tingkah laku yang diharapkan,
kita perlu mengakarkan anak bagaimana menyeberangi jalan yang aman. Anak
perlu melihat kanan-kiri, diam sejenak, baru kemudian menyeberang. Berilah
anak hadiah atau pujian ketika anak bisa menyeberang jalan secara hati-hati.
-
Jangan menunda-nunda hukuman. Hukumlah anak segera setelah
berperilaku yang salah, karena tingkah laku dapat terbentuk melalui konsekuensi
positif dan negatif yang diperoleh. Penundaan hanya akan mengurangi efektivitas
hukuman, karena anak mungkin sudah lupa dan tidak mengaitkannya lagi dengan
tingkah laku yang salah yang telah diperbuatnya.
-
Disertai dengan alasan dan akibat yang diperoleh. Anak perlu
penjelasan tentang tingkah laku yang dibolehkan dan yang tidak diperkenankan.
Jelaskan pula akibat yang akan anak peroleh bila mengabaikan aturan itu.
-
Konsisten dan tidak membuat ancaman-ancaman palsu.
-
Tidak mempermalukan anak di muka umum.
-
Bila menggunakan hukuman fisik, maka harus terarah dan terkendali.
Janganlah menerapkan hukuman fisik kepada anak di saat kita sedang marah
atau dalam keadaan emosi. Tindakan menghukum harus bertujuan, terarah,
jelas dan terkendali. Hindarilah penggunaan alat-alat untuk mengukum anak,
seperti kayu, ikat pinggang dan yang semacamnya.
Bintang Kecil Wulansari (Psikolog)